![]() |
| Bubur ledok tradisional |
Bubur Ledok
merupakan makanan tradisional Bali khususnya Pulau Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung, Provinsi Bali. Ledok dibuat dengan menggunakan bahan baku utama
jagung dan umbi ketela pohon tanpa menggunakan beras. Dua bahan utama itu
ditambah dengan bahan-bahan lainnya yang tersedia di Nusa Penida seperti kacang
panjang, kacang merah, dan kemangi. Kadang-kadang, bila berselera, ledok bisa
ditambah dengan olahan ikan laut segar.
Bubur ini
dinamakan ledok karena menurut proses pembuatannya terjadi proses pengadukan
dalam waktu cukup lama. Proses pengadukan dalam bahasa Bali disebut
dengan ngeledokin. Maka bahasa tersebut kemudian disingkat menjadi
ledok. Jadilah, bubur yang dibuat masyarakat Nusa Penida Bali menjadi bubur
ledok.
Makanan ini
masih menjadi favorit remaja dan anak-anak di Bali. Terutama hal itu juga
karena para orang tua membiasakan anak-anak untuk mengonsumsinya. Hal itu
terkait pula dengan kondisi alam Nusa Penida yang kering, di mana padi tidak
dapat dengan mudah ditanam di sana. Sehingga untuk memperoleh beras mereka
harus mendapatkannya dari luar Pulau Nusa Penida.
Cita rasa
ledok sangat istimewa, tak dapat ditemukan dalam rasa bubur lainnya di luar
Pulau Nusa Penida. Cita rasa itu diperoleh dari campuran adonan dengan bumbu
khusus. Bumbu-bumbu tersebut berupa bawang putih, cabai paprika, cekuh (sejenis
jahe), serai, terasi, dan rebon. Bumbu-bumbu tersebut diolah bersamaan dengan
bumbu utama yang lainnya dalam tungku yang apinya terjaga kestabilannya.
Menurut
Suter et al., (2007) yang meneliti
tentang kandungan gizi ledok tradisional, kandungan gizi dari ledok tradisional
adalah sebagai berikut:
|
Komponen
|
Jumlah (%)
|
|
Kadar air
|
71,92 %
|
|
Kadar abu
|
0,98 %
|
|
Kadar
protein
|
3,15 %
|
|
Kadar
lemak
|
4,71 %
|
|
Kadar
serat kasar
|
3,18 %
|
|
Karbohidrat
|
16,05 %
|
Sumber:
Suter et al., (2007) dalam Suter et al., (2011)
Karena panganan tradisional ini hanya terdapat di Nusa
Penida tentu saja anda akan mempertimbangkan untuk mengkonsumsinya, karena
untuk mendapatkan panganan ini anda harus menyebrang lautan dengan biaya Rp.
75.000. Namun jangan khawatir, karena beberapa Dosen dari Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana telah mengambangkan produk ledok instan yang
dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Adalah ibu Ni Luh Putu Wrasiati
yang telah melakukan penelitian terhadap pembuatan ledok instan, masa simpan
ledok instan dan kini akan mengembangkan kemasan dan desain label utk produk
ledok instan. Kandungan gizi ledok instan yang ditambahkan ikan tenggiri adalah
sebagai berikut:
|
Komponen
|
Jumlah (%)
|
|
Air
|
75,67 %
|
|
Protein
|
5,79%
|
|
Lemak
|
9,07%
|
|
Karbohidrat
|
8,24%
|
|
Abu
|
1,23 %
|
![]() |
| produk ledok instan |
Pengembangan produk ledok menjadi
bentuk instan ini diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat
menikmati kelezatan makanan tradisional khas Nusa Penida tersebut. Selain itu,
pemanfaatan bahan sumber karbohidrat lokal yang terdapat di Nusa Penida juga
diharapkan dapat dilakukan dan dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat.
Gerakan mengurangi konsumsi beras putih
harus dimulai dari diri sendiri. Ledok merupakan makanan sumber karbohidrat
yang sangat tinggi namun tidak menggunakan beras putih. Bahan-bahan yang
digunakan mengandung serat yang cukup tinggi dan sangat cocok dikonsumsi oleh
semua usia, terutama untuk diet dan penderita diabetes.
Mari cintai dan jaga eksistensi pangan
lokal dengan mulai mengkonsumsi dan menggemari pangan lokal. Salam Good, Clean
and Fair Food!!!!
Oleh: IGA Diah Puspita Dewi










0 komentar:
Posting Komentar