Senin, 11 Januari 2016

Ledok: "Local Food harus berkembang"


Bubur ledok tradisional


Bubur Ledok merupakan makanan tradisional Bali khususnya Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Ledok dibuat dengan menggunakan bahan baku utama jagung dan umbi ketela pohon tanpa menggunakan beras. Dua bahan utama itu ditambah dengan bahan-bahan lainnya yang tersedia di Nusa Penida seperti kacang panjang, kacang merah, dan kemangi. Kadang-kadang, bila berselera, ledok bisa ditambah dengan olahan ikan laut segar.
Bubur ini dinamakan ledok karena menurut proses pembuatannya terjadi proses pengadukan dalam waktu cukup lama. Proses pengadukan dalam bahasa Bali disebut dengan ngeledokin. Maka bahasa tersebut kemudian disingkat menjadi ledok. Jadilah, bubur yang dibuat masyarakat Nusa Penida Bali menjadi bubur ledok.
Makanan ini masih menjadi favorit remaja dan anak-anak di Bali. Terutama hal itu juga karena para orang tua membiasakan anak-anak untuk mengonsumsinya. Hal itu terkait pula dengan kondisi alam Nusa Penida yang kering, di mana padi tidak dapat dengan mudah ditanam di sana. Sehingga untuk memperoleh beras mereka harus mendapatkannya dari luar Pulau Nusa Penida.
Cita rasa ledok sangat istimewa, tak dapat ditemukan dalam rasa bubur lainnya di luar Pulau Nusa Penida. Cita rasa itu diperoleh dari campuran adonan dengan bumbu khusus. Bumbu-bumbu tersebut berupa bawang putih, cabai paprika, cekuh (sejenis jahe), serai, terasi, dan rebon. Bumbu-bumbu tersebut diolah bersamaan dengan bumbu utama yang lainnya dalam tungku yang apinya terjaga kestabilannya.
Menurut Suter et al., (2007) yang meneliti tentang kandungan gizi ledok tradisional, kandungan gizi dari ledok tradisional adalah sebagai berikut:
Komponen
Jumlah (%)
Kadar air
71,92 %
Kadar abu
0,98 %
Kadar protein
3,15 %
Kadar lemak
4,71 %
Kadar serat kasar
3,18 %
Karbohidrat
16,05 %
Sumber: Suter et al., (2007) dalam Suter et al., (2011)
Karena panganan tradisional ini hanya terdapat di Nusa Penida tentu saja anda akan mempertimbangkan untuk mengkonsumsinya, karena untuk mendapatkan panganan ini anda harus menyebrang lautan dengan biaya Rp. 75.000. Namun jangan khawatir, karena beberapa Dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana telah mengambangkan produk ledok instan yang dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Adalah ibu Ni Luh Putu Wrasiati yang telah melakukan penelitian terhadap pembuatan ledok instan, masa simpan ledok instan dan kini akan mengembangkan kemasan dan desain label utk produk ledok instan. Kandungan gizi ledok instan yang ditambahkan ikan tenggiri adalah sebagai berikut:

Komponen
Jumlah (%)
Air
75,67 %
Protein
5,79%
Lemak
9,07%
Karbohidrat
8,24%
Abu
1,23 %

produk ledok instan
Pengembangan produk ledok menjadi bentuk instan ini diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat menikmati kelezatan makanan tradisional khas Nusa Penida tersebut. Selain itu, pemanfaatan bahan sumber karbohidrat lokal yang terdapat di Nusa Penida juga diharapkan dapat dilakukan dan dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat.
Gerakan mengurangi konsumsi beras putih harus dimulai dari diri sendiri. Ledok merupakan makanan sumber karbohidrat yang sangat tinggi namun tidak menggunakan beras putih. Bahan-bahan yang digunakan mengandung serat yang cukup tinggi dan sangat cocok dikonsumsi oleh semua usia, terutama untuk diet dan penderita diabetes.


Mari cintai dan jaga eksistensi pangan lokal dengan mulai mengkonsumsi dan menggemari pangan lokal. Salam Good, Clean and Fair Food!!!!

Oleh: IGA Diah Puspita Dewi
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Posting Komentar